UNIVERSITAS BOYOLALI Bantu Solusi Berdamai Dengan Teknologi: Pengaruh Gadget pada Komunikasi Orang Tua dan Anak

16 Juli 2025
YON APRILYANTO
Dibaca 62 Kali
UNIVERSITAS BOYOLALI Bantu Solusi Berdamai Dengan Teknologi: Pengaruh Gadget pada Komunikasi Orang Tua dan Anak

Selodoko, Boyolali Jawa Tengah - Pada hari ini, Rabu 16 Juli 2025, Universitas Boyolali kembali menunjukkan komitmennya dalam pengabdian kepada masyarakat. Bertempat di Desa Selodoko, tim akademisi dari universitas tersebut mengadakan sebuah acara sosialisasi yang sangat relevan dengan tantangan zaman. Mengusung tema "Pengaruh Gadget pada Komunikasi Orang Tua dan Anak," acara ini dihadiri oleh para kader kesehatan desa yang antusias.

Materi sosialisasi disampaikan langsung oleh Bapak Topan Setiawan, S.I.Kom, M.I.Kom, seorang pakar komunikasi yang berpengalaman. Dalam pemaparannya, Bapak Topan menyoroti berbagai aspek krusial terkait dampak penggunaan gadget, baik positif maupun negatif, terhadap pola interaksi dalam keluarga.

Dampak Gadget pada Pola Interaksi Keluarga

Tidak dapat dipungkiri, gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Bagi anak-anak, gadget adalah jendela menuju dunia informasi, hiburan, dan pendidikan. Namun, di balik kemudahan tersebut, terdapat sebuah isu penting yang seringkali terabaikan: menurunnya kualitas komunikasi antara orang tua dan anak.

Salah satu dampak negatif yang paling sering terlihat adalah fenomena "phubbing" (phone snubbing), di mana seseorang lebih fokus pada gawainya daripada lawan bicaranya. Ketika orang tua sibuk dengan notifikasi pekerjaan atau media sosial, anak-anak merasa diabaikan. Begitu pula sebaliknya, ketika anak-anak asyik bermain game atau menonton video, mereka cenderung tidak merespons ajakan bicara dari orang tua. Kondisi ini secara perlahan merenggangkan ikatan emosional dan menciptakan jarak dalam hubungan.

Selain itu, kurangnya waktu berkualitas (quality time) menjadi masalah serius. Waktu makan, yang seharusnya menjadi momen untuk bercerita dan berbagi, kini sering kali diisi dengan keheningan karena semua anggota keluarga sibuk dengan gadget masing-masing. Akibatnya, orang tua kehilangan kesempatan untuk memahami perasaan dan pikiran anak, sementara anak merasa tidak didengarkan.

Membangun Jembatan Komunikasi di Era Digital

Meskipun tantangannya nyata, gadget bukanlah musuh yang harus dijauhi sepenuhnya. Sebaliknya, gadget bisa menjadi alat bantu untuk memperkuat komunikasi jika digunakan dengan bijak. Bapak Topan Setiawan memberikan beberapa solusi praktis yang dapat diterapkan oleh orang tua dan keluarga:

  1. Tetapkan Aturan Penggunaan Gadget: Ini adalah langkah fundamental. Buat kesepakatan bersama tentang kapan dan di mana gadget boleh digunakan. Contohnya, tetapkan zona bebas gadget di meja makan atau di kamar tidur. Aturan ini membantu menciptakan ruang fisik dan waktu yang kondusif untuk interaksi tatap muka.
  2. Jadwal Waktu Bebas Gadget: Alokasikan waktu khusus setiap hari untuk kegiatan bebas gadget. Gunakan waktu ini untuk melakukan aktivitas bersama, seperti membaca buku, bermain board game, atau sekadar berbincang santai tanpa gangguan layar. Waktu berkualitas ini sangat penting untuk memperkuat ikatan emosional.
  3. Jadilah Contoh yang Baik (Role Model): Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Jika orang tua ingin anak-anak mereka lebih aktif berkomunikasi, mulailah dengan mematikan notifikasi atau meletakkan ponsel saat bersama mereka. Tunjukkan bahwa kehadiran mereka adalah prioritas utama.
  4. Manfaatkan Gadget untuk Komunikasi: Gunakan fitur video call untuk berkomunikasi dengan kerabat yang jauh. Cari aplikasi atau game edukatif yang bisa dimainkan bersama untuk menciptakan pengalaman belajar yang interaktif dan menyenangkan. Dengan cara ini, gadget tidak lagi menjadi penghalang, melainkan jembatan yang menghubungkan.

Berbagi Pengalaman Mengasuh Anak

Dalam sesi ramah tamah setelah pemaparan materi, Bapak Topan Setiawan memberikan kesempatan kepada peserta untuk berbagi pengalaman pribadi. Sesi ini menjadi momen berharga, di mana teori bertemu dengan praktik nyata di lapangan. Salah satu peserta, Ibu Ririn Sulistyowati, berbagi kisah inspiratifnya dalam mengasuh anak.

Menurut Ibu Ririn, kunci keberhasilan dalam mendidik anak di tengah gempuran teknologi adalah dengan menerapkan nilai-nilai luhur. Beliau menguraikan beberapa prinsip utama yang ia pegang teguh:

  • Kerendahan Hati dan Hidup Sederhana: Mengajarkan anak untuk tidak berlebihan dalam keinginan dan menghargai apa yang dimiliki.
  • Prihatin: Mendidik anak untuk memiliki empati dan kepedulian terhadap sesama.
  • Taat Beragama: Menanamkan fondasi spiritual yang kuat sebagai pedoman hidup.
  • Bertutur Kata dan Berperilaku Sopan: Menerapkan etika dan tata krama, terutama yang sesuai dengan adat Jawa, seperti unggah-ungguh (sopan santun) dan tatakrama (etika).

Pengalaman Ibu Ririn ini memperkaya wawasan bahwa selain regulasi penggunaan gadget, penanaman nilai-nilai moral dan budaya merupakan fondasi yang tak tergantikan. Komunikasi yang efektif tidak hanya bergantung pada "apa yang diucapkan," tetapi juga "bagaimana cara hidup yang dicontohkan."

Peran Kader Kesehatan dan Komunitas

Sosialisasi yang diadakan oleh Universitas Boyolali ini tidak hanya berhenti pada teori. Para kader kesehatan Desa Selodoko diharapkan menjadi perpanjangan tangan dalam menyebarkan informasi ini kepada masyarakat luas. Mereka memiliki peran strategis untuk:

  • Mengedukasi Orang Tua: Menyampaikan tips praktis dari sosialisasi kepada keluarga di lingkungan masing-masing.
  • Menjadi Fasilitator: Mengadakan forum atau pertemuan kecil untuk berbagi pengalaman dan mencari solusi bersama terkait isu komunikasi keluarga.
  • Membangun Kesadaran Komunitas: Membantu menumbuhkan kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga kesehatan mental dan hubungan interpersonal di tengah arus digitalisasi.

Melalui upaya kolaboratif antara akademisi, kader kesehatan, dan masyarakat, tantangan yang ditimbulkan oleh gadget dapat diatasi. Kunci utamanya adalah keseimbangan dan kesadaran. Menggunakan gadget untuk mendukung, bukan mendominasi, interaksi keluarga adalah langkah menuju hubungan yang lebih sehat dan harmonis di era digital.

Sosialisasi ini menjadi bukti nyata bahwa teknologi dan kearifan lokal bisa bersinergi. Universitas Boyolali dan Desa Selodoko telah menunjukkan inisiatif luar biasa dalam memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak mengorbankan hal yang paling berharga: kualitas hubungan antarmanusia.